Kategori: Puisi

  • Sang Pencerah

    Sang Pencerah

    Kala sang fajar beranjak memancarkan keceriaanDia masih berusaha mengusir resah gelisahnyaGelisah akan nasib penerus generasi bangsaKicauan burung mengiringi pagi menjelangBatinnya bergemuruh memupuk harapHarapan akan masa depan bangsaSenyum sapa hangat siswa silih bergantiKuatkan hati ikrar setia mengemban tugasTugas mulia menebar ilmu Kaya, miskin, bodoh, pintarLemah,  kuat,  malas, cerdasMereka tetap anak- anak banggaPunya hak untuk diasah dan…

  • Tampomasku

    Tampomasku

    Oleh: Agus S. Saefullah Kumenatap langit sebentar sajaBiarkan awan-awan menafsirkan untuknyadan senjameski melintas di tanah kering panas bau pasirtak pernah berhenti menghibur hari-hari yg berlalu bersamaMenghempas semua beban yang melarai jiwanya Sebenarnya kuingin marahMarah pada siapaBerkeluhAh Tak bergunaMalah menumpuk peluh Sudah kering kerongkongan iniBosan ku berteriak tentang tanah yang semakin tak bernyawaTak hidup tak menghidupi…

  • Berlayar

    Berlayar

    Oleh: Dien Mahdi Suhaeri Al-Battawi Perahu kecil berlayar tak berbataspada samudera luasmenggadaikan diri dengan syetandi dermaga dermaga pelacuran Perahu kecil berlayar tak berbataspada samudera luasmenyusur arusnya air yang buasdalam mata tertutup atau ditutupi ? Perahu kecil berlayar tak berbatas.pada samudera luasterdampar di negeri penghayaltidur dan mimpi mendapat porkas

  • Hidupku Sunyi

    Hidupku Sunyi

    Oleh: Enjang Herawan Seperti biasa Pak Udin mengayuh onthelnya untuk memberikan makan anaknya yang bekerja di lahan pertanian Pak bakti. Setiap bertemu dengan kawan, dia bercerita betapa anaknya sangat berbakti. Dengan menatap sedih pada Pak Udin, kawannya pun berkata dalam hati,” kasihan, anaknya telah hilang dalam tsunami”. Nelangsa Gundah lara Meraba dada Meratap oh hamba…

  • Bicara Kali Ini atau Diam Merebus Amarah

    Bicara Kali Ini atau Diam Merebus Amarah

    Oleh: Pujangga tanggal tua Senja menitikkan pena kala ituDan tak ada siapa siapa disituMendekatlah…….. kemariSekarang atau tidak sama sekali. Kau menunjuk seolah aku adalah semesta yang menunggu diadiliSatu persatu kau kupas perkaraTak kau berikan beritaMungkin bagimu semua terlanjur sempurna. bibirmu berdarah…… memerah…….luapan kata kata sepanjang ini kubiarkan hanya milikmukubiarkan sajahingga ludahmu pun kau telan dalam…