Belajar Itu Melelahkan


Menjadi penonton apalagi yang bersorak adalah suatu kenyamanan. Namun, memerankan “penonton” yang “bermain” dalam persepsi positif tidak mudah ditumbuhkan. Padahal “penonton” atau “peno-ong” dalam grup merupakan para pemikir di dalam tim or grup, tetapi mereka mungkin tidak berminat untuk menawarkan pandangan dan pemikiran mereka untuk masa depan siapapun. Lebih parahnya jika persepsi sudah diserahkan pada “safaat” dan “impian husnul khotimah”. Sayang sekali, ketakutan untuk ditolak atau khawatir bahwa yang mereka usulkan/katakan dianggap tidak bernilai dapat mencegah para “penonton bin peno-ong” yang pendiam itu mengatakan apa yang mereka pikirkan. Padahal, apa yang dipikirkan “penonton-penoong” ini bisa jadi sangat berharga. Maka tebarkanlah pikiran yabg berharga itu sebab:

  1. Pikiran bukanlah bejana untuk diisi, tapi api untuk dinyalakan
  2. Pikiran bukanlah celengan yang harus diisi apalagi ke dalam celengan itu pun dijejalkan banyak uang receh yang malah tak banyak bermakna Banking concept of education
    lalu kita berteriak beranggapan belajar itu melelahkan

Padahal pencerahan pendidikan sebarunya : mengembangkan kreativitas, keterampilan riset, kemampuan reflektif, aktualisasi diri, melibatkan inisiatif guru-siswa- stakeholder

Salam investasi energi (SIE)
D. Andana

,

47 tanggapan untuk “Belajar Itu Melelahkan”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *